woensdag 2 november 2011

Cerita tentang sebuah kelahiran...

Dear all, 
ini sebuah tulisan yang (ternyataaa) belum sempat diposting...dan setelah sekian bulan baru ditemukan...hehe. I just want to share...^^ enjoy it!


----

Suasana hari ini, sedari pagi mendung...gerimis datang dan pergi. Matahari agak malu-malu memancarkan cahayanya. hmm, jadi semakin sendu...
Dalam kesenduan kulempar pandangan ke luar jendela...
ntah kenapa aku tersenyum...
teringat akan sebuah kisah yang indah...

Alkisah ada sebuah keluarga yang tinggal di kota dingin (yang sekarang, sudah tidak dingin lagi >.<) atau julukan lainnya adalah kota bunga (yang sekarang, "kota ruko" karena jumlah ruko-nya lebih banyak dibanding taman bunganya..huhu). Mereka berempat, ibu-bapak-2 anak, tinggal bersama keluarga besar. Mereka hidup rukun, bahagia, damai dan sentosa...(wih, kumplit yach...hehe).

Ramadhan 1403 H.

Ramadhan kali ini sungguh istimewa, khususnya bagi keluarga kecil ini. Ada apa gerangan? Oo... ternyata si ibu diperkirakan akan melahirkan buah hatinya pada bulan ini. Subhanalloh.... Meski ini bukan kehamilan yang pertama, si ibu sudah memiliki 2 putra yang ganteng-ganteng dan lucu, beliau tetap excited menyambutnya. Tentunya, beliau berharap semuanya berjalan lancar. Oh ya, si ibu ini sosok yang kuat loh. Di saat kehamilan yang mulai menginjak usia sembilan bulan, dengan perut yang semakin membuncit, beliau tetap menjalankan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Mengajar. Beliau pun tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan...subhanalloh. Mungkin dalam batin si ibu, ia berpikir, ibadah yang ia kerjakan bisa men-stimulus- si anak yang masih kerasan tinggal di rahimnya. Stimulus untuk apa? Tentu saja, untuk menjadi ahli ibadah nantinya...amien

Robbi, kabulkan do’a ibunda yang sholehah ini…
jadikan bayi mungilnya kelak menjadi hamba-Mu yang sholehah.

Mendekati hari kelahiran si kecil, yang diprediksi oleh bidan (Ibu lebih sreg ke bidan. Bukan karena tidak percaya dokter, tetapi lebih karena pertimbangan biaya:-)) tinggal beberapa hari lagi, beliau pun mulai bersiap kalau-kalau perutnya terasa mules alias ada kontraksi. Si bapak membantu menyiapkan perlengkapan yang akan dibawa jika sewaktu-waktu istri tercinta mengalami kontraksi. Si (calon) kakak pun tampak senang karena bocah yang masih berumur 4 dan 2 tahun itu akan punya "mainan" baru. Wah, bahaya nih! tp, ya... namanya juga anak-anak...tinggal diawasi aja nanti.

Hari demi hari berlalu...Ramadhan pun hampir meninggalkannya. Di 10 hari terakhir, dimana sebagian orang meramaikan swalayan, keluarga ini tetap tak lupa untuk meramaikan masjid. Apalagi di daerah itu, ada kebiasaan malam "likuran" (dalam bahasa Jawa,  likuran artinya 20-an). Dimana pada malam-malam ganjil, -malam ke-21, malam ke-23, dan seterusnya-, mereka melaksanakan sholat malam berjama’ah di masjid. Setelah sholat tarawih, mereka tidak langsung menutup dengan sholat witir, karena sholat witir ini akan dilaksanakan tengah malam nanti. Orang tua dan remaja, laki-laki dan perempuan, berbondong-bondong ke masjid di tengah malam. Untuk apa? Tak lain adalah menjemput lailatul qadar. Dalam keyakinan umat Islam, orang yang mendapatkannya akan dilipatgandakan pahala ibadahnya di malam itu, seperti ia telah melakukannya 1000 bulan atau 83 tahun. Subhanalloh…siapa yang tidak ingin? Yang usianya sampai 83 tahun saja, belum tentu seumur hidupnya ia gunakan untuk full ibadah.

Suatu hari, si ibu mulai terasa mules. Dengan sigap si bapak seera membawa istri tercintanya ke rumah bu bidan, yang kebetulan tidak terlalu jauh. Tentunya tak lupa ia bawa juga tas yang berisi perlengkapan ibu dan (calon) bayi. Alhamdulillah, akhirnya sampai di rumah bu bidan. Nah…setelah ditunggu-tunggu selama beberapa jam, ternyata tidak ada kontraksi lagi. Ya Alloh, si bayi ternyata masih senang tinggal di dalem perut ibu. Bu Bidan pun mempersilakan pasangan suami istri ini untuk pulang. 
Setelah sesampainya di rumah kembali, beberapa sanak saudara menyarankan agar si ibu minum air degan (air kelapa hijau) agar persalinannya lancar. Lagi-lagi…si bapak mengambil peran. Beliau segera mengambil sepeda motor honda merah kesayangannya untuk mencari air kelapa. 

Belum lama si bapak pergi, si ibu mules-mules lagi. Kali ini, rasanya lebih mules. Keluarga pun berinisiatif memanggil seorang dukun bayi yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Mbah Yah, namanya. Saat mbah dukun bayi ini datang, terdengarlah suara adzan dari corong masjid. Allohu akbar…allohu akbar…Allohumma bariklana fiima rozaktana wa qina a’dzaban naar. Mereka, termasuk si ibu, pun sejenak menikmati ta’jil kolak pisang. Baru 2-3 sendok kolak, perut si ibu kembali mules. Dan alhamdulillah…oeek..oeek…oeeek... lahirlah seorang bayi perempuan yang sehat. Si bapak yang baru datang, langsung sujud syukur begitu mendengar suara tangisan bayi dari kamarnya. Matanya berkaca-kaca…antara haru dan bahagia. 

sumber foto :  http://www.fulltimemuslim.com

Si bayi itu kemudian diberi nama Elly Romdliyana...^_^

Robbana hablana min azwajina wadzurriyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqiina imaama.

A'udzubikalimatillahittaammaati min syarri maa kholaq.

----

Teriring salam rindu untuk Ummi dan almarhum Abah. Robbighfirlii waliwalidayya warhamhuma kamaa robbayaani shoghiro. I miss u my parents...may Allah always bless u wherever you are. amien

9 Juli 1983-9 Juli 2011
27 Ramadhan 1403 H - Sya'ban 1432 H


Geen opmerkingen:

Een reactie posten